Mantan pelatih Medan Chiefs ini menilai kebijakan PSSI cenderung berbau politis.
![]() |
Pelatih Deltras Sidoarjo Jörg Pieter Steinebrunner menilai kebijakan yang dikeluarkan PSSI pimpinan Djohar Arifin Husein lebih cenderung berbau politis dibandingkan sepakbola.
Sejumlah kebijakan yang ditelurkan PSSI menghasilkan gejolak di anggotanya. Kebijakan paling besar adalah mengubah kompetisi, dan dinilai Steinebrunner dilandasi kepentingan politis.
Sejumlah kebijakan yang ditelurkan PSSI menghasilkan gejolak di anggotanya. Kebijakan paling besar adalah mengubah kompetisi, dan dinilai Steinebrunner dilandasi kepentingan politis.
“Saya sebelumnya di Singapura selama sepuluh tahun, dan mengikuti perkembangan sepakbola di Indonesia juga. Setelah di sini, saya makin intensif mengikuti perkembangannya, dan mempelajari,” ujar mantan pelatih klub Liga Primer Indonesia (LPI) Medan Chiefs tersebut.
“Di negara kelahiran saya, Jerman, dalam 50 tahun pengurus induk organisasi selalu berganti. Tapi format liga tidak pernah berubah. Di sini, jumlah peserta liga dari 18 klub menjadi 24 klub. Ini lebih cenderung ke politis.”
“Ini menjadi pertanyaan tidak hanya bagi saya, mungkin kalian [wartawan] atau semua orang. Apakah PSSI fokus ke politik atau sepakbola?” tanya Steinebrunner.
“Jika bisa menyelesaikan masalah ini, Liga Indonesia bisa menjadi liga terbaik di Asia, bukan hanya Asia tenggara. Dengan fokus ke sepakbola, maka akan ditemukan penerus Bambang Pamungkas, Budi Sudarsono dan Firman Utina.”
“Di negara kelahiran saya, Jerman, dalam 50 tahun pengurus induk organisasi selalu berganti. Tapi format liga tidak pernah berubah. Di sini, jumlah peserta liga dari 18 klub menjadi 24 klub. Ini lebih cenderung ke politis.”
“Ini menjadi pertanyaan tidak hanya bagi saya, mungkin kalian [wartawan] atau semua orang. Apakah PSSI fokus ke politik atau sepakbola?” tanya Steinebrunner.
“Jika bisa menyelesaikan masalah ini, Liga Indonesia bisa menjadi liga terbaik di Asia, bukan hanya Asia tenggara. Dengan fokus ke sepakbola, maka akan ditemukan penerus Bambang Pamungkas, Budi Sudarsono dan Firman Utina.”
No comments:
Post a Comment